Salahkah Penjual Jasa Mempertahankan Idealismenya?

Setelah beberapa hari lalu saya mengupdate artikel saya di blog aldianlo.com yang membahas tentang apa saja sih yang harus dilakukan oleh grafis desainer freelance (disini) untuk mengelola bisnis freelance nya. Kebetulan di artikel tersebut saya benar-benar menggoreng idealisme saya tentang syarat dan harga yang saya tetapkan.

Setelah saya share di sosial media saya, ada salah seorang kerabat yang mengirimi saya pesan dengan berkata "Kalau jualan jangan sombong-sombong, ngalah sama klien karena klien itu raja".

Saya sengaja tidak membalas pesannya, karena sedang kehilangan mood untuk beradu argumen. Tapi, setelah saya cerna lagi kata-katanya, saya jadi kasihan terhadap kerabat saya tersebut. Kasihannya karena pola pikir seperti ini masih sangat membelenggu kerabat saya tersebut, juga beberapa teman-teman penjual jasa.

Menurut opini pribadi, saya berhak membuat aturan dan menentukan harga jasa yang saya jual, tapi tentu saja dengan menimbang dan mengukur sesuai dengan yang saya bisa berikan kepada klien. 

Tapi istilah klien / pembeli adalah raja, nampaknya tidak bisa kita terapkan ketika kita berjualan jasa. Mau tahu kenapa??

Dari sisi manapun kita adalah yang memegang kartu AS nya. Logika nya begini, konsumen adalah seseorang yang memiliki problem yang tidak bisa dia selesaikan sendiri, secara insting ketika kita merasa tidak mampu menyelesaikan maslaah kita, pasti kita akan meminta bantuan kepada orang yang mampu menyelesaikan masalah kita. 

Nah disini poin nya, sebagai penjual jasa, tempatkanlah diri kita sebagai Problem Solver, jadi kalau kamu bermasalah, sini saya punya solusinya. Tapi karena memang niat saya jualan jasa, yah kamu harus membayar jasa saya.

Kita punya kartu AS ini, kita tidak bekerja untuk atasan, kita tidak menjual barang yang bisa basi atau expired.. 

Jadi, tidak salah dong kalau penjual jasa mempertahankan idealisme nya, dengan tidak sembarangan terima job, juga menurunkan harga, hanya demi mendapat klien.

Yang aneh justru, penjual jasa profesional yang obral sana sini hanya supaya bisa mengisi dompetnya. Kesannya sih tidak menghargai diri sendiri.

Yap jadi, tidak salah kalian para penjual jasa profesional yang mempunyai aturan-aturan dan juga harga yang sudah kalian tetapkan, untuk menghadapi potensial klien yang kadang-kadang menawar keterlaluan. 



Intinya "You Get what You Pay"

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Salahkah Penjual Jasa Mempertahankan Idealismenya?"

Post a Comment

- Tinggalkan komentar yang relevan dan sopan
- Jangan tinggalkan link aktif di kotak komentar
- Jika ingn meninggalkan link blog silakan komentar menggunakan Name / URL